Bekatul Bukan Dedak
Bila gabah dihilangkan bagian sekamnya melalui proses penggilingan (pengupasan
kulit), akan diperoleh beras pecah kulit (brown rice). Beras pecah kulit terdiri atas bran (dedak dan bekatul),
endosperm, dan embrio (lembaga).
Endosperma terdiri atas kulit ari (lapisan aleuron) dan bagian berpati.
Selanjutnya, bagian endosperma tersebut akan mengalami proses penyosohan,
menghasilkan beras sosoh, dedak, dan bekatul.
Proses penyosohan merupakan proses penghilangan dedak dan bekatul dari bagian
endosperma beras. Secara keseluruhan proses penggilingan padi menjadi beras
akan menghasilkan 1628 persen sekam, 6-11 persen dedak, 2-4 persen bekatul, dan
sekitar 60 persen endosperma.
Tujuan penyosohan untuk menghasilkan beras yang lebih putih dan bersih. Makin
tinggi derajat sosoh, semakin putih dan bersih penampakan beras, tapi semakin
miskin zat gizi. Pada penyosohan beras dihasilkan dua macam limbah, yaitu
dedak (rice bran) dan bekatul (rice polish).
Bahan Pangan Dunia (FAO) telah membedakan pengertian dedak dan bekatul. Dedak
merupakan hasil sampingan dari proses penggilingan padi yang terdiri atas
lapisan sebelah luar butiran beras (perikarp dan tegmen) dan sejumlah lembaga
beras.
Bekatul merupakan lapisan sebelah dalam butiran beras (lapisan aleuron/kulit
ari) dan sebagian kecil endosperma berpati. Dalam proses penggilingan padi di
Indonesia, dedak dihasilkan pada proses penyosohan pertama, bekatul pada proses
penyosohan kedua.
Banyak orang menggambarkan bekatul sebagai limbah dengan bau tengik, apek, dan
asam. Persepsi tersebut tidak sepenuhnya benar karena bekatul memiliki
karakteristik cita rasa yang lembut dan agak manis. Bau tidak sedap akan muncul
jika bekatul mulai mengalami kerusakan.
Bekatul mengandung karbohidrat cukup tinggi, yaitu 51-55 g/100 g. Kandungan
karbohidrat merupakan bagian dari endosperma beras karena kulit ari sangat
tipis dan menyatu dengan endosperma. Kehadiran karbohidrat ini sangat
menguntungkan karena membuat bekatul dapat digunakan sebagai sumber energi
alternatif.
Kandungan protein pada bekatul juga sangat baik, yaitu 11-13 g/100 g.
Dibandingkan dengan telur, nilai protein bekatul memang kalah, tapi masih lebih
tinggi bila dibandingkan dengan kedelai, biji kapas, jagung, dan tepung terigu.
Dibandingkan dengan beras, bekatul memiliki kandungan asam amino lisin yang
lebih tinggi. Zat gizi lain yang menonjol pada bekatul beras adalah lemak,
kadarnya mencapai 10-20 g/100 g. Minyak yang diperoleh dari bekatul dapat
digunakan sebagai salah satu minyak makan yang terbaik di antara minyak yang
ada, dan sudah dijual secara komersial di beberapa negara.
Keunggulan dari minyak bekatul untuk menurunkan kolesterol. Bekatul beras juga
kaya akan vitamin B kompleks dan vitamin E. Vitamin B kompleks sangat
dibutuhkan sebagai komponen pembangun tubuh, sedangkan vitamin E merupakan
antioksidan yang sangat kuat.
Selain itu, bekatul merupakan sumber mineral yang sangat baik, setiap 100
gramnya mengandung kalsium 500700 mg, magnesium 600-700 mg, dan fosfor
1.000-2.200 mg.
Bekatul juga merupakan sumber serat pangan (dietary fiber) yang
sangat baik. Selain untuk memperlancar saluran pencernaan, kehadiran serat
pangan juga berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol darah.
Prof.Dr.Made Astawan, Ahli Teknologi Pangan, Pengisi rubrik di
Tabloid Gaya Hidup Sehat.
Sumber : KOMPAS.com